rss
email
twitter
facebook

Rabu, 14 April 2010

mother life..

kamu takkan pernah mendapatkan cinta
cinta seperti yang aku berikan kepada kamu
kamu nanti pasti kan menyadarinya
saat aku tak lagi ada

kamu takkan pernah tahu betapa aku
memuja kamu seperti ku memuja dewa cinta
kamu nanti pasti kan menyadarinya
saat aku tak lagi ada

cinta ini cinta yang tak perlu
mendapatkan balasan cinta
meski hatiku perih
menahan cinta yang terluka
cinta yang buatku bertahan
meski ada air mata
kamu takkan pernah tahu betapa aku
memuja kamu seperti ku memuja dewa cinta
kamu nanti pasti kan menyadarinya
saat aku tak lagi ada

cinta ini cinta yang tak perlu
mendapatkan balasan cinta
meski hatiku perih
menahan cinta yang terluka
cinta yang buatku luka
cinta yang buatku bertahan
meski ada air mata
cinta ini cinta yang takkan tergantikan
cinta ini cinta yang takkan tergantikan
inilah satu-satunya

meski ada air mata
meski ada air mata

-lirik Cinta Mati III by Mulan Jameela-


mungkin korelasinya sedikit kurang jika sosok yang dibayangkan adalah seorang kekasih atau seseorang tercinta, namun bagaimana jika sosok yang dibayangkan adalah seorang ibu? (coba baca lagi, namun yang dibayangkan adalah sosok ibu)

Dia rela menjadi siapapun asalkan sang buah hati tersenyum, menceritakan dongeng untuk sang anak, sampai sang anak memintanya lagi untuk bercerita. Dalam kantuknya dia tetap bercerita, hingga sang anak tidur terlelap. Tak ada yang dilakukannya disetiap pagi sebelum menyiapkan sarapan untuk sang anak sebelum berangkat ke kampus. Tak satu pun yang paling ditunggu selain menunggu sang anak pulang. Serta merta kalimat “sudah makan belum?” terlontar dari bibirnya. Tak peduli meski si kecil yang dulu ditimangnya dalam dekapanya kini sudah menjelma menjadi orang dewasa yang mampu membeli makan siangnya sendiri.

Hari ketika sang anak sudah mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya untuk memilih pasangan hidupnya, siapakah yang menangis? Siapakah yang pertama kali menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudra dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantarkan buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis saat melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya kini tak lagi hanya menjadi miliknya. Ada satu hati lagi yang menjadi tambatan hatinya, dalam harapnya lirih ia berkata “Masihkah kau anakku?”

Saat senja tiba, ketika keriput ditangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar bahwa sebentar lagi masanya akan berakhir.

Dia menjadi guru yang tidak pernah digaji,
Dia menjadi pembantu yang tidak dibayar,
Dia menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai,


cintanya tulus, tak mengharapkan imbalan meski kita menawarkan harta sebanyak apapun, bukan karena tak ingin, tapi karena cintanya adalah cinta yang tulus, cinta yang telah terbayarkan dengan melihat senyuman kita, sang anak yang dicintainya.

with all my love for you,
MOM..



~love DN~

2 komentar:

Rahma_Kia mengatakan...

kak nice post T_T.....nangis stiap kali baca ini apalagi klo dah inget bunda ....bener2 rindu 1/2 mati :'(

Dini Novianti mengatakan...

Thank you for ur comment rahma.. :) kata2 diatas sebenarnya kakak ambil dr sebuah buku, sangat menyentuh..
Jangan pernah rahma sakiti hati ibu meski itu hanya sekali, karena itu akan selamanya membekas dalam hatinya..

Posting Komentar